Kamis, 27 Oktober 2011

Perawatan Gigi Dengan behel




Kawat gigi yang dalam bahasa Belanda disebut behel atau dalam bahasa Inggris disebut dengan braces, saat ini pemakaiannya sedang diminati.
Mereka yang memakai kawat gigi dalam dunia kedokteran gigi, disebut sebagai pasien dengan perawatan orthodontik (ortho: lurus, donti: gigi). Jadi, perawatan dengan kawat gigi adalah perawatan untuk meluruskan kembali/menata ketidakteraturan letak gigi (mal oklusi). Ketidakteraturan letak gigi (mal oklusi) ini menyebabkan gigi susah dibersihkan sehingga makanan mudah melekat dan membuat gigi berlubang (karies).

Penyebab gigi tidak beraturan
Penyebab ketidakteraturan letak gigi (mal oklusi) ini karena adanya ketidakharmonisan ukuran gigi dengan rahang atau dengan otot sekitar mulut. Hal ini disebabkan antara lain oleh faktor genetik/keturunan, pola makan, dan perilaku. Pola makan yang membiasakan anak untuk terlalu lama makan makanan lunak menyebabkan rahang kurang berkembang. Demikian juga dengan perilaku yang tidak baik seperti menghisap jari, pemakaian dot yang terlalu lama, bernafas melalui mulut, maupun cara menelan yang salah.

Penggunaan Behel: siapa dan kapan
Yang memerlukan perawatan orthodontik adalah mereka yang memiliki gigi geligi yang tidak beraturan sehingga gigi geligi tampak maju mundur, gigi gingsul, gigi jarang, juga keadaan yang menyebabkan letak gigi geligi sedemikian rupa karena ukuran rahangnya lebih maju (rahangnya cakil atau tonggos).
Perawatan orthodontik ini sebaiknya dilakukan sejak diketahui adanya kelainan, dapat dilakukan pada anak- anak, remaja maupun dewasa. Pada anak-anak yaitu ketika memasuki tahap pergantian gigi susu ke periode gigi tetap, sekitar umur 6 tahun. Walaupun pada saat itu masih belum perlu memakai kawat gigi, kecuali pada kasus yang berhubungan dengan rahang. Normalnya adalah pada usia 11-12 tahun (pada masa akhir gigi bercampur).

Lama Perawatan
Lamanya perawatan orthodontik ini tergantung pada keparahan mal oklusi, jenis perawatan, dan kerjasama (ko-operatif-an) pasien untuk mematuhi jadwal kontrol. Jadwal kontrol bertujuan untuk mengaktifkan alat orthodontik yang dilakukan tiap 3-4 minggu sekali. Hal yang biasanya dirasakan pasien setelah kontrol adalah rasa kencang pada gigi geliginya.

Mengenal Alat Orthodontik
Perawatan orthodontik dapat dilakukan dengan alat lepasan (removable appliance), alat cekat (fix appliance) maupun kombinasi.

Alat lepasan (removable appliance)
Alat lepasan (removable appliance) dapat memperbaiki kelainan letak gigi derajat ringan dengan hasil yang memuaskan.
Untuk alat orthodontik yang lepasan terdiri dari:
  • Plat dasar yang terbuat dari akrilik dan menempel pada langit langit rahang atas atau pada dasar  mulut rahang bawah.
  • Bagian aktif yang terbuat dari kawat stainless steel yang berfungsi untuk menggerakkan gigi ke tempat yang diinginkan.
  • Bagian retensi untuk menahan agar alat tidak terlepas dari mulut.

Alat cekat (fix appliance)
Alat cekat (fix appliance) yaitu alat yang direkatkan pada tiap tiap gigi dan terdiri dari:
  • Bracket dan band, Bracket ini bahannya dapat logam atau bukan logam seperti porselen, komposit, plastik. Bahan-bahan ini mempunyai warna yang mendekati warna gigi. Band (cincin) gigi disemenkan pada gigi geraham.
  • Archwire (busur kawat)
  • Pengikat yang menyatukan busur kawat dengan bracket, terbuat dari kawat halus atau karet. Untuk karet

     ini, produsen alat ortho menyediakan bermacam macam warna braces Karena bahan-bahan untuk alat ini kebanyakan masih didatangkan dari luar negeri, maka biaya perawatan dengan alat ini lebih mahal. Pemasangan alat ini sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi spesalis yaitu dokter gigi yang memperoleh pendidikan lanjutan dan gelar khusus orhodontist. Perawatan orthodontik dengan alat cekat relatif lebih singkat dibandingkan dengan alat lepasan.
Sesudah masa perawatan aktif selesai dan gigi geligi sudah terletak pada posisi yang diinginkan, maka untuk menjaga kestabilan hasil perawatan digunakan retainer. Alat ini dapat berupa alat lepasan maupun berupa alat cekat pasif. Alat retainer digunakan selama 6 bulan sampai 1 tahun.

Manfaat Tanaman Obat Untuk Gigi



Banyak tanaman yang berkhasiat bagi kesehatan gigi. Rasa yang khas dari dari cengkih misalnya, membuat tanaman ini sering dimanfaatkan. Selain cengkih, ada sejumlah tanaman lain yang memiliki khasiat serupa.
Cengkih memiliki sifat antiseptica (antikuman), carminativa (peluruh angin), rubefaciencia (memanaskan kulit),  antispasmodica (menghilangkan kejang), dan analgesik (pati rasa). Karenanya tanaman ini bisa digunakan untuk obat sakit gigi. Selain juga bisa untuk nyeri haid, rematik/pegal linu, masuk angin/mual, suara parau (serak), dan selesma.
Demikian pula dengan sirih. Tanaman yang berasal dari India, Sri Lanka, dan Malaysia ini telah dikenal sejak tahun 600 SM. Pada daunnya yang berbentuk bulat telur melebar, elips melonjong, atau bulat telur melonjong dengan pangkal berbentuk seperti jantung dan ujung meruncing pendek ini, terkandung minyak atsiri yang dapat menguap. Di antaranya yang terbesar chavicol dan betlephenol. Aroma khas dari daun dan minyak sirih itu karena kandungan chavicol tadi. Senyawa ini memiliki daya antiseptik yang kuat dan daya bunuh bakterinya bisa sampai lima kali
lipat dari fenol biasa.
Daun berukuran panjang 6-17,5 cm dan lebar 3,5-10 cm ini juga mengandung allylrocatechol, cineole,
caryophyllene, menthone, eugenol, dan methyl ether. Bahkan, ia berisikan vitamin C dan alkaloid arakene yang khasiatnya sama dengan kokain.
Beberapa tulisan ilmiah juga menyebutkan, daun sirih mengandung enzim diastase, gula, dan tanin. Namun, daun muda mengandung diastase, gula, dan minyak atsiri lebih banyak ketimbang yang tua, sedangkan tanin relatif sama.
Senyawa yang membuat daun sirih mampu meredam seriawan memang belum terlacak. Yang pasti, dalam beberapa buku kuno India dan Yunani, seperti dikutip Darwis S.N., disebutkan daun yang merupakan bahan utama menginang ini memiliki sifat styptic (menahan perdarahan), vulnerary (menyembuhkan luka kulit), stomachic (obat saluran pencernaan), menguatkan gigi, dan membersihkan tenggorokan.
Berikut ini beberapa ramuan lain pereda gangguan gigi yang dihimpun dari berbagai sumber :

A. Kunyit
  • Ramuan 1, Siapkan kunyit satu rimpang dan minyak kayu putih secukupnya. Setelah kunyit dicuci bersih, lalu kupas. Rendam sebentar dalam minyak kayu putih, kemudian tempelkan dalam gigi yang berlubang. Lakukan hingga sakit mereda.
  • Ramuan 2, Siapkan kunyit 10 gram, daun dan akar serai masing-masing 50 dan 25 gr, garam dapur secukupnya. Setelah semua bahan dicuci bersih dan kunyit dipotong-potong, rebus dengan setengah liter air. Biarkan hingga air menjadi satu gelas. Minum untuk tiga kali sehari.
  • Ramuan 3, Siapkan kunyit 10 gram, daun meniran 50 gram, buah pinang setengah biji, garam dapur secukupnya. Setelah semua bahan kecuali garam dicuci, tumbuk hingga halus. Jangan lupa garam. Seduh dengan air panas sebanyak satu gelas, lalu saring. Bila sudah hangat, gunakan untuk kumur. Lakukan tiga kali sehari.

B. Minyak kelapa
Siapkan minyak kelapa sebanyak satu sendok teh. Rendam sejumput kapas dalam minyak tersebut, lalu panaskan di atas api selama kurang lebih 2-3 menit. Setelah agak hangat, tempel dengan kapas pada bagian gigi yang berlubang.


C. Biji Cengkih
Siapkan biji cengkeh sebanyak satu genggam. Setelah disangrai, tumbuk halus hingga menjadi bubuk. Lalu, taburkan pada gigi yang sakit. Lakukan hingga sakit mereda.


D. Getah Pohon Kamboja
Siapkan getah pohon kamboja secukupnya, bisa diambil dari tangkai daun. Teteskan pada gigi yang berlubang atau gusi yang bengkak. Lakukan hati-hati, jangan sampai terkena gigi yang sehat. Harap hati-hati, karena getah kamboja bisa merusak gigi yang sehat.


E. Biji Asam
Siapkan setengah ons biji asam. Kemudian disangrai (goreng tanpa minyak) sampai hangus. Setelah hangus,  tumbuk halus menjadi bubuk. Gosokkan bubuk tersebut pada bagian gigi yang hitam atau kuning. Lakukan hingga terjadi perubahan sesuai keinginan Anda.

Cek Penyakit Kita Melalui Gigi




Tahukah Anda bahwa gejala awal penyakit diabetes, jantung, atau leukemia, bisa diketahui lewat kondisi gigi dan mulut. Jika mata bisa mengungkapkan isi hati seseorang, mulut juga bisa buka rahasia.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), drg H Emmyr F Moeis, MARS mengatakan, kondisi gigi dan mulut bisa mengungkapkan gejala-gejala awal penyakit berbahaya bahkan sampai memprediksi kelahiran prematur.
Menurut Emmyr F Moeis, salah satu tanda gejala diabetes adalah penyakit gigi dan gusi yang berlebihan. Penderita diabetes cenderung memiliki penyakit mulut 3-4 kali lebih sering ketimbang orang yang tidak mengidap diabetes. Penderita diabetes umumnya mudah terluka saat menyikat gigi atau menggunakan benang pembersih gigi. Gigi penderita diabetes juga umumnya mengalami abses.
Hal itu bisa terjadi karena penderita diabetes umumnya mengalami kerusakan sel darah putih. Padahal sel darah putih sangat diperlukan untuk melawan bakteri penyebab infeksi di mulut. Selain masalah gusi, diabetes juga mengakibatkan mulut kering, sariawan, dan mulut panas.
Bau mulut seseorang juga bisa mengungkapkan apakah seseorang memiliki kecenderungan gula darah tinggi. Bau tersebut biasa disebut acetone breath bau manis yang dapat segera dikenali dokter gigi sebagai tanda-tanda seseorang mengidap diabetes.
Lain lagi dengan bau mulut tak sedap penderita diabetes, bau mulut yang berbeda juga dapat mengindikasikan seseorang sedang mengalami infeksi hidung, mulut, paru-paru, atau perut.
Penelitian yang dilakukan American Dental Association sebagaimana dilansir Webmd, menyebutkan, osteoporosis atau penyakit rapuh tulang dan tanggalnya gigi sangat berhubungan. Jika seseorang mengalami Osteoporosis maka ia mengalami penurunan kepadatan tulang. Akibatkan terjadi cedera pada pinggul dan beberapa bagian tubuh lainnya yang disanggah tulang. Proses ini juga mempengaruhi kokohnya rahang dan gigi.
Pada wanita, ada tiga empat momen di mana seseorang lebih berisiko terhadap penyakit mulut. Pertama, saat setelah menopause, ketika masa puber, pada saat hamil, dan sekitar masa menstruasi setiap bulannya. Pada masa-masa itu, hormon tertentu akan meningkat sehingga memicu proses-proses peradangan dan membuat mulut lebih rentan terhadap bakteri.
Ditemukannya terapi estrogen bisa membantu mengatasi masalah ini. Terapi ini bisa membantu mengurangi tingkat kerapuhan gigi dan radang gusi.
Penelitian terbaru membandingkan kesehatan mulut 256 pasien jantung dewasa dengan 250 pasien lain tanpa penyakit jantung. Hasilnya, salah satu penanda awal sakit jantung adalah pericoronitis atau infeksi gusi di sekitar gigi geraham. Biasanya gigi akan membusuk sehingga hanya menyisakan ujung kecil di akarnya. Pastinya penyakit ini juga disertai radang gusi, radang lainnya di mulut, dan tanggalnya gigi.
Hal itu diduga karena bakteri yang ditemukan di mulut merupakan bakteri yang sama sebagai penyebab atherosclerotic plaque (kelainan pada pembuluh darah yang disertai plak dan tidak elastis) yang berhubungan dengan penyakit jantung.
Penelitian lain membuktikan, wanita yang mengalami gangguan gusi selama masa kehamilan, 7 kali lebih berisiko mengalami kelahiran prematur. Tak hanya prematur, bayi yang dilahirkan juga umumnya lebih kecil dari rata-rata.
Hal itu disebabkan ketika seseorang mengalami gangguan mulut, peradangan yang terjadi menyebab beberapa zat tertentu dilepaskan ke aliran darah sehingga bisa mempengaruhi berat tubuh bayi dan proses persalinan. Studi lain menyebutkan, membersihkan plak dan tartar secara teratur bisa mengurangi risiko persalinan prematur.
Penderita Leukimia umumnya memiliki gusi yang memerah, meradang, dan lembek. Nah, dengan membuka mulut lebar-lebar setidaknya anda bisa mengantisipasi beberapa gejala awal penyakit berbahaya. Tapi, jangan tarik kesimpulan sendiri. "Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami gejala-gejala seperti tersebut di atas," ujarnya.

Sakit Gigi "Periodontitis"

Sakit gigi merupakan salah satu penyakit yang tidak dapat di tahan oleh dewasa, orang tua, maupun anak-anak. Banyak orang tidak mengetahui bahayanya penyakit gigi terhadap diri kita sendiri.

Salah satu penyakit gigi yang banyak terjadi pada orang dewasa adalah Periodontal Disease/Periodontitis (di Amrik disebut juga gum disease).






Periodontitis adalah peradangan dari jaringan periodontium. Periodontium terdiri dari 4 bagian :
  1. Gum/ gusi
  2. Alveolar bone/ tulang alveolar
  3. Cementum/ lapisan luar dari akar gigi
  4. Periodontal Ligament/serat2 yang memegang gigi ketulang alveolar.

Di Amerika sekitar 30-50 % dari adults diatas 30 tahun menderita penyakit ini.

Periodontal Disease disebabkan oleh bakteri yang melekat pada permukaan gigi (dental plaque) dan enzym yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai imunne response terhadap serangan bakteri. Dari riset2 belakangan ini ternyata enzym ini malah merusak jaringan periodontium, sehingga terjadi periodontal pocket (celah2 diantara gusi dan gigi). Para ahli berusaha mencari jalan untuk mencegah aktivitas enzym yang merusak ini. Dan sekarang sudah ditemukan obat yang dapat mengurangi aktivitas enzym ini. Nama obatnya " Periostat ", it is the first medication that works by reducing the activity of the enzymes that destroy periodontium. Periostat (20 mg, twice a day) banyak digunakan untuk Advanced Periodontal Disease.

Tanda2nya anda terkena penyakit gusi/Periodontal Disease :
  • gusi berwarna merah (not pink) & mudah berdarah selagi sikat gigi ,dental floss/benang gigi atau menggigit makanan yang keras.
  • gusi bengkak.
  • bau mulut yang aduhai (bad breath).
  • gusi menyusut (gingival recession) sehingga gigi kelihatan panjang2.
  • deep pockets ( Celah2 diantara gusi dan gigi ) 4-10 mm /more.
  • gigi goyang.

Pencegahan untuk penyakit gusi :
  • gosok gigi yang benar, paling sedikit 2x sehari.
  • flossing dengan benang gigi/ dental floss sekali sehari.
  • kumur2 dengan anti bakteri mouthwash, seperti Listerine atau Chlorhexidine Gluconate 0,12 % ( Peridex )
  • regular dental check ups & cleaning oleh dokter gigi / hygienist.

Sejumlah riset belakangan ini mengatakan adanya hubungan antara penyakit gigi dengan diabetes , penyakit jantung koroner & stroke. Professor Howard Jenkins dari University Of Bristol in England mengatakan ada lebih dari 700 jenis bakteri didalam mulut manusia. Kebanyakan dari bakteri ini memang tidak berbahaya , namun ada beberapa diantaranya yang dapat menimbulkan penyakit pada pembuluh darah dimana bakteri yang berbahaya menempel pada platelet sehingga menyebabkan penggumpalan didalam blood vessel.

Kalau penggumpalan darah ini terjadi didaerah otak maka akan mengakibatkan stroke, apabila terjadi di jantung akan menyebabkan heart attack. The WHO believes that oral health is essential to quality of life and affects general health, particularly chronic inflammatory conditions such as diabetes, cardiovascular or cerebrovascular disease.

Selasa, 18 Oktober 2011

Pria Lebih Sering Sakit Gigi???



Sakit gigi bisa dialami oleh semua orang, baik anak-anak maupun orang dewasa, laki-laki atau perempuan. Tapi sebuah penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih sering menderita sakit gigi. Apa yang menyebabkan ini?
Para peneliti dari University of Maryland Dental School menemukan penyebab mengapa pria sering sakit gigi adalah karena hormon seks steroid. Keberadaan hormon seks steroid berada di balik peningkatan risiko kerusakan gigi pada pria. Temuan mereka ini diterbitkan dalam Journal of Periodontology.
"Untuk mengembangkan manajemen yang lebih baik dan model penilaian risiko, kami telah menerbitkan studi komperehensif pertama dari perbedaan gender dalam perkembangan penyakit periodontal," kata Mark Reynolds, profesor di University of Maryland Dental School, seperti dikutip Medindia.
Prof. Reynolds menjelaskan bahwa ini adalah bukti biologis bahwa ada perbedaan dalam kerentanan terhadap masalah gigi antara pria dan wanita. Hormon steroid memiliki efek pada sistem kekebalan peradangan dan juga memiliki efek pada kesehatan mulut.
"Akar perbedaan juga karena genetik," kata Prof Reynolds.
Hal yang sama juga diyakini oleh Harlan Shiau, asisten profesor di University of Maryland Dental School. Menurutnya, perbedaan dalam regulasi gen, terutama dalam menanggapi gen seks steroid, cenderung memainkan peran dalam dimorfisme seksual pada masalah gigi yang destruktif.
Sebelum melakukan penelitian ini, para peneliti juga melakukan kajian sistematis dari penelitian tentang prevalensi penyakit gigi. Dalam analisis mereka, secara umum laki-laki memiliki prevalensi lebih tinggi daripada wanita.